PERILAKU INVESTOR DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DI PASAR MODAL
“Disajikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen
Pengambilan Keputusan”
Dosen Pembina:
Disusun oleh:
1. Ryan
Anggara 13106620049
Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR BLITAR
2016
PERILAKU INVESTOR DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DI PASAR MODAL
ABSTRAK
Perilaku keuangan bermaksud memahami perilaku investor
dalam mengambil keputusan investasi. Pengambilan keputusan merupakan suatu
proses pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia
dalam pengaruh situasi yang kompleks.
Pengambilan keputusan investasi akan sangat dipengaruhi informasi yang
diterima, juga tingkat kemampuan dan pengetahuan investor tentang investasi.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku investor
dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Survey dilakukan terhadap 50 investor yang tergabung dalam Ikatan Analis Properti
Indonesia (IKAPRI). Data primer dikumpulkan melalui distribusi angket,
selanjutnya dianalisis secara
deskriptif. Hasil studi ini membentuk suatu model yang menggambarkan perilaku
investor dalam pengambilan keputusan investasi. Bahwa, investor dalam proses
pengambilan keputusan investasi mempertimbangkan informasi akuntansi. Akan
tetapi, faktor psikologi investor yang tercermin
sebagai sinyal pribadi lebih mendominasi. Jadi, meskipun hasil analisis empirik
menunjukkan bahwa pengaruh
informasi akuntansi terhadap
nilai-nilai pasar adalah
tidak konsisten, namun investor menyatakan bahwa informasi akuntansi yang
disajikan oleh perusahaan tetap menjadi pertimbangan penting dalam proses pengambilan
keputusan investasi. Sinyal
pribadi lebih mendominasi investor sebagai pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi, sebab investor
memiliki kecenderungan psikologis
untuk lebih mempertimbangkan sinyal pribadi dibandingkan sinyal publik.
Fenomena psikologis tersebut mengakibatkan harga saham tidak mencerminkan harga
(nilai) wajarnya. Investor berpendapat bahwa pasar modal Indonesia berada dalam kondisi
yang tidak efisien, manajer
dapat memilih waktu yang tepat untuk
menerbitkan saham, yaitu pada saat
harga cukup tinggi di atas nilai
wajarnya. Artinya, nilai pasar tidak mencerminkan ketersediaan informasi.
Kata kunci: perilaku investor, pengambilan keputusan investasi.
ABSTRACT
Financial behavior intends understand the behavior of
investor inside taking decisions investment. Decision-making is a process of selecting the best alternative from a
number of alternatives available in the influence of a complex
situation. Investment decision
will greatly influenced by
the information received as well as the
level of skills and knowledge of investors about investing. This study aims to
determine the behavior of investors in
making investment decisions in the
stock market. Survey was conducted on 50 investors joined in Ikatan Analis Properti Indonesia
(IKAPRI). Primary data was collected through questionnaire distribution, then
analyzed descriptively.The results provide a model that describes the behavior
of investors in making investment
decisions. It can be concluded that investors consider accounting information in their investment decision making.
However, factors that reflected investor psychology as a private signal dominates. So, although the results of the empirical analysis
suggests that the effect of accounting information on market values are
not consistent, but investors stated that the
accounting information presented by the company
remains an important
consideration in the investment decision
making proces
Private signal dominates because investors have a psychological tendency to consider more personal than public signal. The psychological phenomenon resulted in the share
price does not reflect the
price (value) fair. Inverstors agrued that the Indonesian stock market is in a condition that is not efficient, the manager can choose the right time to issue shares,
which is when the price is high enough above fair value. That is, the
price does not reflect the availability of information.
Keywords: investor behavior, investment decision
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu komponen
penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Banyak perusahaan yang memanfaatkan pasar modal sebagai media untuk menyerap
investasi sebagai upaya memperkuat posisi keuangannya. Pasar modal bertindak
sebagai penghubung antara investor (pemodal) dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan. Dalam rangka
melaksanakan kegiatan investasi tersebut, investor perlu mengambil keputusan
investasi. Keputusan investasi yang dimaksud
ialah keputusan untuk membeli, menjual, ataupun mempertahankan kepemilikan
saham (Cahyadin dan Milandari, 2009;
Puspitaningtyas, 2012; Vyas,
2012).
Konsep mengenai investor (individu) yang rasional dalam teori pengambilan
keputusan bermakna bahwa dalam mengambil keputusan, tindakan yang dipilih
adalah tindakan yang akan
menghasilkan utilitas (utility) tertinggi yang diharapkan (Puspitaningtyas, 2012; Shahzad dkk., 2013). Investor yang
rasional akan melakukan analisis dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Analisis yang dilakukan antara lain dengan mempelajari laporan keuangan
perusahaan, serta mengevaluasi kinerja bisnis perusahaan. Tujuannya ialah
keputusan investasi yang
diambil akan memberikan kepuasan (utility) yang optimal.
Pengambilan keputusan secara
umum merupakan fenomena yang kompleks, meliputi semua aspek kehidupan, mencakup
berbagai dimensi, dan proses memilih dari berbagai pilihan yang tersedia. Teori
pengambilan keputusan didasari oleh konsep kepuasan, bahwa utilitas merupakan jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif
yang dicapai, dengan
jumlah ini individu dapat menentukan meningkat atau menurunnya utilitas
dalam upaya meningkatkan kepuasan. Berdasarkan konsep ini, setiap tindakan
individu bertujuan untuk memaksimalkan jumlah utilitas untuk mencapai kepuasan.
Demikian halnya, pengambilan keputusan investasi oleh investor dilakukan secara
rasional dalam rangka memaksimalkan utilitasnya. Para investor secara rata-rata
memanfaatkan informasi akuntansi keuangan sebagai pertimbangan dalam keputusan investasinya (Na’im, 2010;
Puspitaningtyas, 2012).
Pada umumnya, dalam proses pengambilan keputusan
investasi, investor mempertimbangkan faktor informasi
akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi memiliki nilai relevansi, karena informasi
akuntansi secara statistik berhubungan dengan nilai pasar. Relevansi nilai
informasi akuntansi didefinisikan sebagai kemampuan menjelaskan (explanatory power) nilai suatu perusahan
berdasarkan informasi akuntansi. Relevansi nilai diarahkan untuk
menginvestigasi hubungan empirik antara nilai-nilai pasar saham (stock market values) dengan berbagai
angka (nilai) informasi akuntansi yang dimaksudkan untuk menilai manfaat
angka-angka tersebut dalam penilaian fundamental perusahaan (Puspitaningtyas, 2012).
Banyak studi
empirik akuntansi telah membuktikan relevansi nilai informasi akuntansi dan nilai pasar. Namun demikian, beberapa
studi terdahulu yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan informasi akuntansi dan nilai-nilai pasar dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda (analysis of multipe linear regression) menunjukkan hasil yang tidak
konsisten.
Studi empirik tentang pengaruh informasi akuntansi
terhadap risiko investasi saham yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang
tidak konsisten atau terdapat perbedaan hasil mengenai variabel-variabel (nilai-nilai) akuntansi
yang berpengaruh terhadap
risiko investasi saham (sebagai
nilai pasar). Tabel
1 (pada lampiran)
menyajikan pengaruh informasi akuntansi terhadap risiko investasi saham (sebagai nilai
pasar) berdasarkan beberapa studi empirik terdahulu.
Jika studi empirik membuktikan bahwa relevansi nilai
informasi dan nilai pasar adalah tidak
konsisten. Lalu, apakah
informasi akuntansi tersebut
akan tetap dipertimbangkan
investor dalam pengambilan keputusan investasi? Hal ini terkait dengan perilaku
investor, yaitu bagaimana proses
pengambilan keputusan investasi
oleh investor. Dengan
adanya aspek perilaku investor
tersebut, maka aspek psikologis investor menjadi sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan investasi. Seperti, persepsi investor terhadap keuntungan
perusahaan di masa depan. Studi ini
dalam rangka mengetahui dan menganalisis perilaku investor dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal dilakukan dengan metode survey. Survey
dilakukan terhadap 50 investor yang tergabung dalam Ikatan Analis Properti Indonesia (IKAPRI)
LANDASAN TEORI DAN
KAJIAN EMPIRIS
Investasi dan Keputusan Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
menempatkan sejumlah dana pada satu
atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Tujuan investor
melakukan kegiatan investasi ialah untuk mencari (memperoleh) pendapatan atau
tingkat pengembalian investasi (return)
yang akan diterima di masa depan
(Puspitaningtyas dan Kurniawan, 2012).
Pembelian saham merupakan salah satu kegiatan investasi, karena saham dapat memberikan penghasilan dalam bentuk deviden
dan nilainya dapat diharapkan meningkat
di masa depan. Tingkat pengembalian investasi pada saham dapat berupa capital
gain dan dividend yield. Tingkat
pengembalian investasi tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi para investor. Ekspektasi investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat
pengembalian yang sebesar-besarnya
dengan tingkat risiko tertentu dari waktu ke waktu (Puspitaningtyas, 2012).
Oleh karena itu, investor berkepentingan untuk mempertimbangkan segala
informasi yang diterimanya dalam pengambilan keputusan investasi.
Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi
keuangan, bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan
investasi. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa keputusan investasi adalah penting, karena untuk mencapai
tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran (wealth) pemegang saham hanya akan
dihasilkan melalui kegiatan
investasi perusahaan (Hidayat, 2010).
Seperti telah disebutkan, keuntungan (return) yang diperoleh
dari kegiatan investasi pada umumnya berupa capital
gain dan deviden. Deviden yang diperoleh ditentukan oleh kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan, capital gain dipengaruhi oleh fluktuasi harga saham. Kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dipengaruhi oleh faktor mikro dan makro yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
fluktuasi harga saham, serta akan
memunculkan risiko investasi (Rahadjeng, 2011).
Lalu, bagaimana informasi akuntasi menjadi berguna bagi
investor? Nilai informasi akuntansi yang berguna bagi investor secara empirik
diinvestigasikan melalui hubungan antara data akuntansi yang di-release kepada publik dan perubahan
harga sekuritas suatu perusahaan. Jika hubungannya adalah signifikan, maka bukti menunjukkan bahwa informasi
akuntansi adalah berguna (useful)
dengan respek terhadap penilaian perusahaan. Agar dapat berguna, penyajian
informasi akuntansi harus dapat membantu investor memprediksikan hasil-hasil
pengembalian investasi di masa depan (Puspitaningtyas, 2010). Diharapkan
berdasarkan informasi tersebut, investor yang
rasional dapat membuat suatu keputusan investasi yang optimal. Hipotesis
pasar yang efisien (the efficient
market hypothesis) mengemukakan
bahwa pengambil keputusan investasi sebagai individu rasional dan bertujuan memaksimalkan utilitas (Firat dan Fettahoglu, 2011;
Singh, 2012).
Keputusan investasi yang optimal hanya dapat dicapai
apabila investor mengambil keputusan yang tepat. Pasar dikatakan mengambil
keputusan yang tepat terhadap efek suatu peristiwa, jika keputusan yang
diambilnya adalah tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang sesuai dengan pengaruh peristiwa
terhadap nilai perusahaan. Untuk keputusan yang tepat, pasar seharusnya
bereaksi positif terhadap peristiwa yang mengakibatkan naiknya nilai perusahaan
atau bereaksi negatif terhadap peristiwa yang mengakibatkan turunnya
nilai perusahaan (Puspitaningtyas, 2010).
Saad dan Siagian (2011)
menyatakan bahwa komponen-komponen nilai (harga) pasar saham terdiri dari nilai asset in place ditambah nilai growth opportunity. Selain itu, komponen
lain yang juga turut membentuk nilai
(harga) pasar saham adalah sentimen investor,
yaitu keyakinan investor terhadap
arus kas harapan
perusahaan di masa depan yang tidak didukung oleh informasi
akuntansi (fundamental). Apabila sentimen investor diikuti oleh perubahan
permintaan yang cukup besar terhadap saham perusahaan maka terjadi mispricing.
Teori Perilaku Keuangan
Pemahaman atas teori pengambilan keputusan sangat penting,
karena segala aktivitas di bidang keuangan selalu
bermuara pada pengambilan keputusan (decision making). Teori pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa individu sebagai pengambil keputusan adalah berperilaku rasional. Teknik pengambilan keputusan
secara kuantitatif –yaitu, dengan pemodelan
matematika, statistika, dan ekonometrika- diadopsi
dalam teori keuangan
standar untuk memberi penjelasan tentang berbagai fenomena keuangan yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan. Pemodelan kuantitatif mulai dipertanyakan ketika teori keuangan standar tidak mampu
menjelaskan beberapa kasus keuangan, seperti kasus black Thursday
(11 September 1986)
dan kasus black Monday
(19 Oktober 1987) (Wendy, 2010).
Kasus black Thursday
yang terjadi di pasar modal
Amerika Serikat (AS) dipicu oleh pembicaraan
di Eropa mengenai kemungkinan naiknya inflasi. Pembicaraan tersebut memicu
terjadinya panic-selling oleh
investor yang mengakibatkan harga future
contracts atas obligasi pemerintah AS (T-bonds
futures) mengalami penurunan yang luar biasa. Dalam waktu dua hari indeks
industrial jatuh sekitar 87 points, diikuti dengan penurunan sebanyak
37 points lagi pada hari berikutnya. Kasus lainnya ialah black Monday dimana terjadi penurunan
harga saham yang luar biasa di New
York Stock Exchange (NYSE). Akibatnya, pasar
menjadi tidak terkendali dan memicu terjadinya efek penularan (contagious effect) pada bursa-bursa dunia (Wendy,
2010).
Adanya kasus tersebut menunjukkan bahwa pengambilan
keputusan bukan merupakan kasus deterministik yang
bersifat statis karena berhubungan dengan faktor perilaku yang bersifat stokastik. Pilihan untuk berinvestasi pada aset yang lebih aman dengan mengabaikan tingkat return yang lebih tinggi merupakan fenomena dalam pasar
modal yang sangat sulit dijelaskan dengan teori atau model keuangan.
Tindakan para investor yang terkadang
tidak terkendali didorong oleh faktor-faktor psikologis, seperti ketakutan (fear), ketamakan (greed), dan kepanikan (madness).
Kenyataan inilah yang mendorong berkembangnya teori perilaku keuangan (behavioral finance theory) yang bermaksud menganalisis bias psikologi
yang belum terakomodasi dalam teori keuangan standar (Feng dan Seasholes, 2005; Qawi, 2010;
Wendy, 2010; Spindler, 2011; Shahzad dkk.,
2013).
Teori perilaku keuangan
dapat diartikan sebagai
aplikasi ilmu psikologi
dalam disiplin ilmu keuangan. Perilaku keuangan merupakan
analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan, yaitu suatu
pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia
(investor) melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi
oleh factor psikologi. Perilaku
keuangan bermaksud untuk memahami perilaku investor dalam mengambil keputusan
investasi dan bertindak di pasar modal
yang akan berpengaruh pada market performance (Qawi, 2010; Wendy, 2010;
Shahzad dkk., 2013).
Perilaku keuangan sangat berperan dalam pengambilan
keputusan investasi. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang
tersedia dalam pengaruh situasi yang kompleks. Pengambilan keputusan
investasi akan sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh serta
pengetahuan investor tentang investasi, sedangkan tiap-tiap investor memiliki
tingkat kemampuan dan pengetahuan
yang berbeda. Pengambilan keputusan investasi antara lain dipengaruhi oleh: (1) sejauh
mana keputusan investasi dapat memaksimalkan kekayaan, dan (2) behavioral motivation, keputusan
investasi berdasarkan aspek psikologis investor. Pengambil keputusan investasi
tidak selalu berperilaku dengan cara yang konsisten dengan asumsi yang dibuat
sesuai dengan persepsi dan
pemahaman atas informasi yang diterima (Christanti dan Mahastanti, 2011;
Jahanzeb dkk., 2012;
Peteros dan Maleyeff, 2011
Perilaku Investor di Pasar Modal
Investor di pasar
modal adalah investor yang beragam. Keberagaman tersebut dikontribusikan oleh beberapa aspek,
yaitu: motivasi investasi, daya beli (purchasing power) terhadap sekuritas, tingkat
pengetahuan dan pengalaman investasi, serta perilaku investasi. Keberagaman
tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat keyakinan (confidence) dan harapan (expectation) atas return dan risk dari
kegiatan investasi. Adanya keberagam inilah yang sesungguhnya mendorong
terjadinya transaksi (Rahadjeng, 2011). Disinilah pentingnya memahami
perilaku keuangan (behavioral finance).
Perilaku keuangan merupakan sebuah model yang menekankan
implikasi potensial dari faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku
investor. Kemunculannya didorong
oleh dugaan bahwa teori keuangan
konvensional kurang memperhatikan bagaimana investor sebenarnya membuat
keputusan investasi. Berbagai teori dan model
keuangan mengasumsikan bahwa investor selalu berperilaku rasional dalam
proses pengambilan keputusan investasi. Investor diasumsikan mau dan mampu
menerima dan menganalisis semua informasi yang tersedia berdasarkan pemikiran
rasionalitasnya. Akan tetapi, dalam kenyataannya investor seringkali
menunjukkan perilaku yang bersifat
irasional (cenderung bersifat judgment),
sehingga keadaan ini menyimpang dari
asumsi rasionalitas dan memiliki kecenderungan
bias. Perilaku keuangan bertujuan menginvestigasi karakteristik emosional
investor untuk menjelaskan faktor subyektif dan anomali irasional dalam pasar
modal (Taffler, 2002; Godoi
dkk., 2005; Hayes,
2010; Jureviciene dan Invanova, 2013).
Perilaku investor sangat dipengaruhi oleh infomasi yang diterima. Sebab, informasi adalah
bersifat individu. Artinya, individu mungkin akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap sumber informasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
individu menerima informasi dan merevisi keyakinan secara berurutan dalam
proses berkelanjutan melalui penerimaan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan dan juga dari sumber
informasi lain seperti media, dan pengumuman lain yang dapat
mempengaruhi keputusannya.
Sehubungan dengan hal tersebut sebagai sumber informasi, laporan keuangan
adalah penyedia informasi akuntansi yang relevan dan reliabel. Bahwa, informasi yang bermanfaat (information usefulness) bagi pengambilan
keputusan lebih menekankan pada isi atau kandungan informasi (content of information) serta ketepatan
waktu dalam memberikan keyakinan bagi investor atau mengubah keyakinan awal (prior belief) pengguna laporan keuangan
agar segera bereaksi dan informasi ini bersaing dengan sumber informasi lain (Puspitaningtyas, 2011).
(Syamni, 2009) menyatakan bahwa
terdapat dua tipe investor dalam mencerna suatu informasi, yaitu informed investors dan uninformed investors. Informed investors ialah investor yang dapat menangkap informasi yang
tersedia yang berkaitan dengan
proses perdagangan serta mengetahui kapan melakukan keputusan beli atau jual di semua peristiwa.
Uninformed investors ialah investor yang kurang (tidak) mempunyai kesadaran
atau kemampuan untuk menangkap serta memanfaatkan informasi yang tersedia.
Natapura (2009) menyebutkan ada tiga tipe investor, yaitu:
(1) tipe intuitif, adalah tipe investor yang mengambil keputusan berdasarkan
insting, cenderung bertindak berdasarkan perasaan; (2) tipe emosional, adalah
seseorang yang bertindak berdasarkan
emosi, memiliki kecenderungan untuk memilih informasi yang mendukung tindakan
atau opininya dan akan mengabaikan informasi yang tidak menyenangkan bagi
dirinya. Investor tipe ini akan mengabaikan transaksi yang memiliki risiko yang
tidak dapat diperhitungkan; dan (3) tipe
rasional, adalah seseorang yang berfokus kepada alasan dibalik sesuatu,
memiliki kecenderungan untuk menunda
pengambilan keputusan. Tujuannya
adalah untuk mengurangi ketidakpastian, hingga
diperoleh penjelasan yang rasional. Berupaya untuk dapat mengendalikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pelaku pasar
di masa depan yaitu informasi dan peramalan. Hal ini dilakukan
dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Tujuan kegiatan investasi yang dilakukannya ialah bukan untuk
memperoleh keuntungan secara cepat, melainkan peningkatan investasi yang tetap,
dalam kurun waktu yang relatif lama (jangka panjang). Investor ini bersedia
mengambil risiko jika diketahui bahwa investasi tersebut tidak memberikan
keuntungan dalam jangka pendek, namun aman untuk jangka panjang. Jika tujuannya tidak dapat dicapai
dengan tingkat risiko
tertentu (atau bahkan tanpa
risiko), maka setidaknya risiko tersebut harus
dapat dikendalikan.
METODE PENELITIAN
Analisis studi ini menggunakan metode survey. Survey dilakukan terhadap 50
investor yang tergabung dalam Ikatan
Analis Properti Indonesia (IKAPRI). Data primer dikumpulkan melalui distribusi
angket, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan menggambarkan suatu fenomena secara
sistematis tentang perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi.
Data yang dianalisis adalah data primer, yaitu data yang
berupa pendapat atau opini yang diperoleh dari sumbernya dengan bantuan angket
sebagai alat pengumpul data. Data- data yang
dibutuhkan terkait dengan faktor-faktor pertimbangan investor dalam
proses pengambilan keputusan investasi. Selain tergabung dalam
IKAPRI, responden dalam
studi ini ialah para investor
yang melakukan transaksi perdagangan saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis studi ini
membentuk suatu model yang menggambarkan perilaku investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Model tersebut disajikan pada Gambar
1.
Sumber:
hasil analisis
Gambar.
Metode dalam investor dalam pengambilan keputusan
Salah satu persyaratan pengambilan keputusan investasi ialah ketersediaan informasi. Persoalannya ialah informasi yang tersedia tidak semuanya relevan
dengan kepentingan dan tujuan tiap-tiap investor. Sementara para investor dituntut
untuk dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Sebab,
apabila terlambat atau salah dalam mengambil keputusan
maka akan mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan yang diharapkan. Untuk itulah, investor perlu melakukan analisis
informasi dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan investasi juga terkait erat dengan
perilaku investor. Perilaku merupakan evaluasi, perasaan, kecenderungan
seseorang terhadap sesuatu. Perilaku menempatkan seseorang pada kerangka berpikir untuk mendekatkan
diri dan menyukai sesuatu, atau menjauhkan diri dan tidak menyukai sesuatu.
Suhari dkk. (2011) menyatakan bahwa perilaku investor terkait dengan pemilihan
terhadap berbagai produk investasi dan bagaimana tindakan aktif investor dalam pasar modal.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa investor
dalam proses pengambilan keputusan investasi mempertimbangkan informasi akuntansi (fundamental) perusahaan. Akan
tetapi, faktor psikologi investor yang tercermin
sebagai sinyal pribadi lebih mendominasi. Jadi, meskipun hasil analisis empirik
menunjukkan bahwa pengaruh informasi akuntansi terhadap nilai-nilai pasar
adalah tidak konsisten, namun responden menyatakan bahwa informasi akuntansi
yang disajikan oleh perusahaan tetap menjadi pertimbangan penting dalam proses
pengambilan keputusan investasi.
Sinyal pribadi lebih mendominasi investor sebagai
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi, sebab investor
memiliki kecenderungan psikologis untuk lebih mempertimbangkan sinyal pribadi
dibandingkan sinyal publik. Fenomena psikologis tersebut mengakibatkan harga saham tidak mencerminkan harga (nilai) wajarnya.
Responden berpendapat bahwa pasar modal Indonesia
berada dalam kondisi
yang tidak efisien,
manajer dapat memilih waktu
yang tepat untuk
menerbitkan saham, yaitu pada saat harga cukup tinggi di atas nilai wajarnya. Artinya,
nilai pasar cenderung dikendalikan oleh pelaku pasar dan tidak mencerminkan nilai wajarnya.
Sinyal pribadi tersebut menimbulkan adanya sentimen
investor. Sentimen investor merupakan hasrat investor
untuk bertransaksi berdasarkan informasi akuntansi (fundamental) perusahaan. Akibat adanya
sentimen investor ialah dana investor mengalir pada sekuritas yang tidak
memberikan return maksimum pada
tingkat risiko tertentu.
Efisiensi sebuah pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) pasar yang efisien secara operasional (efisien
secara internal) dan (2) pasar yang efisien
dalam penetapan harga (efisien secara eksternal). Pasar
disebut efisien secara operasional jika para investor dapat memperoleh jasa
transaksi yang mencerminkan biaya nyata yang berhubungan dengan meningkatkan jasa-jasa tersebut. Sedangkan, pasar
modal yang efisien
dalam penetapan harga adalah pasar dimana harga-harga
pada segala waktu mencerminkan semua informasi yang tersedia yang sesuai dengan
penilaian sekuritas. Tersedianya informasi yang akurat dan terpercaya bagi
seluruh investor menjadi kebutuhan awal untuk pasar modal yang efisien dalam penetapan harga.
Sehingga pada akhirnya
dapat disimpulkan harga sama dengan
faktor dalam informasi yang masuk
ke dalam pasar (Natapura, 2009). Namun yang terjadi pada harga saham di BEI adalah harga tidak mencerminkan
ketersediaan informasi. Berbagai macam pelaku pasar yang tidak memiliki sumber informasi memainkan dan mengacaukan
harga saham.
Perilaku para investor tersebut dilatarbelakangi oleh
kebutuhan yang menjadi dasar dari keinginan manusia, tujuan, dan motivasi.
Selain itu, kebutuhan akan sesuatu juga dapat menjadi dasar dari kesalahan-kesalahan manusia yang berakar
dari persepsi pribadi,
percaya diri, ketergantungan kepada peraturan, dan emosi. Natapura
(2009) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana
seseorang memilih, mengorganisir, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk sesuatu yang berarti. Cara seseorang bertindak
dipengaruhi oleh persepsinya yang berbeda-beda mengenai situasi tertentu. Setiap
orang membentuk persepsi secara berbeda-beda.
Persepsi yang berbeda, walaupun berasal dari stimulus yang sama, dikarenakan tiga proses
persepsi, yaitu: (1) selective attention,
merupakan kecenderungan dimana seseorang akan melewatkan sebagian besar
stimulus yang dihadapkan; (2) selective
distortion, merupakan kecenderungan seseorang
untuk mengartikan informasi dengan cara tertentu
yang akan mendukung sesuatu
yang dipercaya sebelumnya; dan (3) selective retention, merupakan kecenderungan seseorang akan mempertahankan informasi
yang mendukung kepercayaan dan perilakunya (Natapura, 2009).
Karakteristik sebagian investor Indonesia akan turut
menentukan faktor apa yang berperan
penting dalam proses pengambilan keputusan. Studi ini mengelompokkan investor
dalam dua tipe, yaitu: (1) investor
rasional dan (2) investor tidak (kurang) rasional. Investor rasional akan
berusaha menganalisis seluruh informasi yang diperolehnya dalam proses
pengambilan keputusan investasi, baik informasi akuntansi (sebagai sinyal
publik) maupun sinyal pribadi. Sedangkan, investor yang tidak (kurang) rasional, akan mengambil keputusan investasi dengan (hanya)
berpedoman pada sinyal pribadi (seperti: naluri, ikut-ikutan, tidak terbiasa
menganalisis detail situasi dan kondisi sektor usahanya, bahkan percaya pada aspek mistik dari investasi yang
ditawarkan). Hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan investasinya. Jika
keputusan yang diambil hanya berdasarkan
pertimbangan yang tidak rasional,
maka keuntungan dan/ atau kerugian yang diperoleh
juga akan bersifat tidak rasional (irasional).
Peristiwa ekonomi senantiasa berdampak pada perusahaan
baik secara individu maupun keseluruhan. Dampak kejadian ekonomi pada
perusahaan dengan anggapan bahwa suatu
peristiwa akan tercermin pada perdagangan harga
saham. Bagaimana harga saham
untuk membentuk sesuatu yang berarti.
Cara seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya yang berbeda-beda
mengenai situasi tertentu. Setiap orang membentuk persepsi secara
berbeda-beda.
Persepsi yang berbeda, walaupun berasal dari stimulus yang sama, dikarenakan tiga proses
persepsi, yaitu: (1) selective attention,
merupakan kecenderungan dimana seseorang akan melewatkan sebagian besar
stimulus yang dihadapkan; (2) selective
distortion, merupakan kecenderungan seseorang
untuk mengartikan informasi dengan cara tertentu
yang akan mendukung sesuatu
yang dipercaya sebelumnya; dan (3) selective retention, merupakan kecenderungan seseorang akan mempertahankan informasi
yang mendukung kepercayaan dan perilakunya (Natapura, 2009).
Karakteristik sebagian investor Indonesia akan turut
menentukan faktor apa yang berperan
penting dalam proses pengambilan keputusan. Studi ini mengelompokkan investor
dalam dua tipe, yaitu: (1) investor
rasional dan (2) investor tidak (kurang) rasional. Investor rasional akan
berusaha menganalisis seluruh informasi yang diperolehnya dalam proses
pengambilan keputusan investasi, baik informasi akuntansi (sebagai sinyal
publik) maupun sinyal pribadi. Sedangkan, investor yang tidak (kurang) rasional, akan mengambil keputusan investasi dengan (hanya)
berpedoman pada sinyal pribadi (seperti: naluri, ikut-ikutan, tidak terbiasa
menganalisis detail situasi dan kondisi sektor usahanya, bahkan percaya pada aspek mistik dari investasi yang
ditawarkan). Hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan investasinya. Jika
keputusan yang diambil hanya berdasarkan
pertimbangan yang tidak rasional,
maka keuntungan dan/ atau kerugian yang diperoleh
juga akan bersifat tidak rasional (irasional).
Peristiwa ekonomi senantiasa berdampak pada perusahaan
baik secara individu maupun keseluruhan. Dampak kejadian ekonomi pada
perusahaan dengan anggapan bahwa suatu
peristiwa akan tercermin pada perdagangan harga
saham. Bagaimana harga saham
merespon informasi suatu kejadian selama pemberitaan kepada publik. Laju reaksi
harga saham terhadap informasi yang disampaikan selama pemberitaan apakah akan
berlangsung secara searah ataukah
secara berlawanan arah.
Investor (calon investor) harus mengetahui keadaan serta
prospek perusahaan yang menjual saham. Hal ini dapat diperoleh dengan
mempelajari dan menganalisis informasi akuntansi yang relevan. Semua informasi dikatakan relevan apabila
informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan
transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga.
Investor juga seharusnya fokus pada hal-hal
penting berkaitan dengan
keputusan yang akan diambil.
Tiap-tiap investor memiliki ketersediaan informasi yang sama. Persepsi seseorang
akan mempengaruhinya dalam mengambil keputusan. Kecenderungannya investor
akan bertindak/ bergerak sesuai dengan persepsinya. Misalnya, jika Anda
mempersepsikan harga saham A akan naik, maka kecenderungannya Anda akan
bertindak/ bergerak untuk memperoleh informasi yang
akan mendukung prediksi berdasarkan persepsi Anda
tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa investor (calon investor)
cenderung berperilaku rasional.
Investor (calon investor)
perlu mempertimbangkan
informasi secara jelas atas suatu peristiwa ekonomi jika akan melakukan
pengambilan keputusan investasi. Pertimbangan tersebut dilakukan untuk dapat
memperkirakan keterkaitan informasi tersebut dengan perubahan harga saham.
Pasar menyajikan beragam informasi dan seharusnya
investor menganalisis beragam informasi tersebut. Sebelum pada tahapan
pemanfaatan informasi untuk mengambil keputusan, investor akan terlebih dahulu melakukan pencarian informasi secara aktif
dan terus-menerus.
Rekomendasi
BEI tergolong sebagai pasar yang tidak efisien dimana
masih banyak terdapat perdagangan yang tidak sinkron dengan informasi yang
tersedia, sehingga harga tidak sepenuhnya mencerminkan nilai saham. Disinilah
diperlukan kedewasaan investor dalam berperilaku. Diharapkan semua investor
berperilaku secara rasional dan tidak mengacaukan pasar hanya karena mengutamakan pertimbangan sinyal pribadi. Untuk itu
diperlukan penelitian yang akan menghasilkan suatu model tentang pembentukan
BEI sebagai pasar modal yang efisien, sehingga diharapkan perilaku investor
dalam pengambilan keputusan investasi tidak didominasi rumour.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadin, Malik dan Devi O Milandari (2009)
Analisis Efficient Market
Hypothesis (EMH) di Bursa Saham Syariah. Jurnal Ekonomi
Islam, Vol. 3, No. 2, hal. 223-237.
Christanti, Natalia dan Linda A Mahastanti (2011)
Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Investor Dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan,
Tahun 4, No. 3, hal. 37-52.
Feng, Lei dan Mark S Seasholes (2005) Do Investor Sophistication and Trading
Experience Eliminate Behavioral Biases
in Financial Markets?.
Review of Finance, Vol. 9, No. 3,
hal. 305.
Firat, Duygu dan Sibel Fettahoglu (2011)
Investors’ Purchasing Behaviour
via a Behavioural
Finance Approach. International Journal
of Business and Management, Vol. 6, No. 7,
hal. 153-163.
Godoi, Christiane K., Marcon Rosilene, dan Anielson
Barbosa da Silva (2005) Loss
Aversion: A Qualitative Study In Behavioural Finance. Managerial
Finance, Vol. 31, No. 4, hal. 46-56.
Hayes, Suzanne K. (2010) Exploring
Investor Decisions in a Behavioral Finance Framework.
Journal of Family
and Consumer Sciences, Vol. 102, No. 2, hal. 56-60. (2011)
0 komentar:
Posting Komentar